Kamis, 04 Oktober 2012

Sinopsis Buku Praktikum Akuntansi PT Nutimatex



Sinopsis Kasus 1

Kas kecil adalah uang tunai yang disediakan perusahaan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek atau giro.

Metode pencatatan kas kecil :
-          Metode Fluktuasi
-          Metode Imprest

Metode Imprest             
Adalah suatu metode pengisian dan pengendalian kas kecil dimana jumlah kas kecil selalu tetap dari waktu ke waktu, karena pengisian kembali kas kecil akan selalu sama dengan jumlah yang telah dikeluarkan

Rekonsiliasi Bank adalah suatu daftar yang berisi penyebab perbedaan selisih saldo antara catatan perusahaan dan menurut catatan bank.

Penyebab Perbedaan Saldo Kas di Bank dan di Perusahaan :
*      Setoran Dalam Perjalanan (Cash in Transit )
*      Cek beredar (Outstanding Checks)
*      Cek Kosong (Blank Check)
*      Penagihan Oleh Bank
*      Jasa Giro
*      Beban Bunga dan Administrasi
*      Kesalahan-kesalahan

Sinopsis Kasus 2
Barang Konsinyasi

Barang konsinyasi yang dikirim oleh pengirim kepada penyalur atau penjual, masih tetap milik pengirim sampai barang tersebut terjual. Salah satu sasaran penjualan atas dasar konsinyasi untuk meningkatkan penjualan dengan memberikan layanan produk yang lebih lengkap.

Barang konsinyasi dilaporkan sebesar harga pokoknya, ditambah biaya penanganan dan biaya pengiriman terjadi pada saat pengiriman dari tempat penjual ke tempat pembeli.

Penjualan angsuran
yaitu penjualan yang pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu dengan terlebih dahulu membayar uang muka (down payment) kemudian sisanya akan diangsur sesuai perjanjian antara penjual dengan pembeli.
Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas.
Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.
Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas adalah sebagai berikut :
  1. Laba penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke dalam rekening ”Laba Kotor Belum Direalisasi” (LKBD).
  2. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = % LKBD  x  jumlah kas yang diterima tahun yang  bersangkutan (tdk termasuk bunga)
  3. % LKD dicatat dengan rumus:
 Harga jual  -  harga pokok   x   100%
Harga jual
Kontrak Konstruksi Jangka Panjang

Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)
Pengakuan pendapatan pada kontrak konstruksi jangka panjang dapat diperoleh dengan menggunakan dua metode yakni metode persentase penyelesaian dan metode kontrak selesai. Perusahaan harus menggunakan metode persentase penyelesaian selama estimasi kemajuan kontrak dan realisasi pendapatan dan biaya dapat diperkirakan. Metode kontrak selesai digunakan jika metode persentase penyelesaian tidak sesuai. Perusahaan mengakui pendapatan dan laba bruto masing-masing periode berdasar pada kemajuan dari konstruksi itu. Perusahaan menghimpunkan biaya konstruksi dan juga biaya konstruksi yang didapat sampai saat tertentu di suatu rekening dan menghimpunkan kemajuan dari tagihan pada rekening tersebut.

Metode Kontrak Selesai (Completed Contract Method)
Perusahaan mengakui pendapatan dan laba kotor hanya pada saat kontrak telah selesai. Perusahaan mengakumulasi beban produksi pada akun persediaan dan mengakumulasikan perkembangan tagihan pada akun persediaan. Keuntungan dari metode kontrak selesai adalah akan dilaporkan hasil akhir pendapatan dimana estimasi tidak dapat dilakukan.

Sinopsis Kasus 3
Analisa Umur Piutang /Age of Receivable Analysis

Analisa umur piutang mendasarkan perhitungannya pada konsep adanya resiko piutang yang tidak dapat ditagih kepelanggan karena beberapa alasan. Piutang yang diragukan tidak dapat ditagih ini semakin lama semakin menumpuk maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menyusun kriteria lamanya piutang yang sampai saat ini belum dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat tertagih ini karena beberapa sebab, antara lain karena adanya kemungkinan perusahaan terlalu mudah dalam pemberian piutang dalam arti persyaratan yang ditetapkan terlalu longgar. Atau, bahkan memang track record pelanggan itu sendiri yang kurang baik. Batas kriteria piutang tak tertagih, lazimnya adalah 30 hari setelah tanggal transaksi.
Beban Piutang Tak Tertagih

Piutang Tak Tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak dapat terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut, force major, karakteristik pelanggan, dsb. Semakin banyak piutang dagang yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah piutang yang tak terbayar.

Ada dua metode cara memperlakukan Piutang Tak Tertagih ini :

Metode Langsung :
Metode yang menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang yang benar-benar sudah diketahui tidak akan dapat dibayar.

Metode Penyisihan :
Metode yang menggunakan cara penghapusan tidak langsung yaitu cara penyisihan dalam perhitungan piutang yang tidak dapat tertagih. Dasar perhitungan penyisihan piutang tak tertagih, yaitu dari persentase jumlah Penjualan Kredit yang diperoleh perusahaan dalam satu tahun akuntansi.

Analisa Umur Piutang /Age of Receivable Analysis

Analisa umur piutang mendasarkan perhitungannya pada konsep adanya resiko piutang yang tidak dapat ditagih kepelanggan karena beberapa alasan. Piutang yang diragukan tidak dapat ditagih ini semakin lama semakin menumpuk maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menyusun kriteria lamanya piutang yang sampai saat ini belum dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat tertagih ini karena beberapa sebab, antara lain karena adanya kemungkinan perusahaan terlalu mudah dalam pemberian piutang dalam arti persyaratan yang ditetapkan terlalu longgar. Atau, bahkan memang track record pelanggan itu sendiri yang kurang baik. Batas kriteria piutang tak tertagih, lazimnya adalah 30 hari setelah tanggal transaksi.
Sinopsis Kasus 4
Pencatatan Persediaan dengan metode perpetual
Disebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat.
Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang.
Metode penilaian FIFO
Persediaan yang pertama kali masuk itulah yang pertama kali dicatat sebagai barang yang dijual.

Sinopsis Kasus 5
Pengaturan akutansi dan pelaporan investasi obligasi ( efek Utang) dan saham (efek Ekuitas) diatur dalam PSAK No. 50. Menurut PSAK tersebut perusahaan harus mengklasifikasikan investasi saham ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini :
1.   Dimiliki hingga jatuh tempo ( Held to Maturity)
      Efek ekuitas yang dibeli dan dimiliki sampai jatuh tempo harus diklasifikasikan dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”.

2.   Diperdagangkan ( Trading)
      Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan ke dalam kelompok “diperdagangkan”. Investasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mecari laba dari perbedaan harga jangka pendek.

3.   Tersedia untuk dijual (available for sale)
      Efek yang tidak diklasifikasikan ke dalam dua kelompok tersebut harus dilasifikasikan ke dalam kelompok “tersedia untuk dijual”
Selanjutnya dalam PSAK No. 50 Paraf 19 dinyatakan bahwa investasi dalam surat bergarga yang masuk kelompok “diperdagangkan” harus dicantumkan sebagai aktiva lancar dalam neraca, sedangkan investasi yang masuk dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” dan “tersedia untuk dijual” dapat disajikan dalam kelompok aktiva lancar atau tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk obligasi yang akan segera jatuh tempo, harus diklompokan dalam aktiva lancar.
Sinopsis Kasus 6
Penyusutan aset tetap
Rumus penyusutan
-          Metode Garis Lurus = (Nilai perolehan – Nilai sisa)/Masa Manfaat
-          Metode Saldo Menurun = (100%/Masa Manfaat) x 2
Capital expenditure dan revenue expenditure
Capital expenditure adalah pengeluaran menciptakan manfaat masa depan. Sebuah belanja modal tersebut terjadi ketika sebuah bisnis menghabiskan uang baik untuk membeli aktiva tetap atau untuk menambah nilai aset tetap yang ada dengan masa manfaat yang meluas dari tahun pajak Capital expenditure digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh atau meng-upgrade fisik aset seperti peralatan , properti , atau bangunan industri.
Revenue expenditure adalah pengeluaran untuk aset yang tidak menambah masa manfaat ataupun nilai aset tersebut, dan diklasifikasikan sebagai beban periode bersangkutan.
Kapitalisasi Bunga
Jumlah bunga yang dikapitalisasi ditentukan dengan memilih yang lebih rendah antara bunga yang sesungguhnya terjadi selama perioda atau bunga yang dapat dihindari. Bunga yang dapat dihindari (avoidable interest) adalah jumlah kos bunga selama perioda yang secara teoretis dapat dihindari jika perusahaan tidak melakukan pembayaran terkait aset.
Lebih lanjut, IFRS mengharuskan kapitalisasi bunga untuk aset yang memenuhi kualifikasi hanya jika dampaknya material, jika dibandingkan dengan dampak yang timbul seandainya bunga dibiayakan.
Untuk menerapkan konsep avoidable interest, jumlah bunga yang mungkin akan dikapitalisasi selama satu perioda akuntansi dihitung dengan cara mengalikan suku bunga pinjaman dengan rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran terkait aset yang memenuhi kualifikasi selama perioda yang bersangkutan.
Prinsip pemilihan suku bunga yang seharusnya diterapkan atas rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran adalah:
  1. Bagian rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran hingga sama dengan jumlah pinjaman khusus untuk mendanai aset dikalikan dengan suku bunga yang berlaku atas pinjaman khusus tersebut.
  2. Bagian rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran yang lebih besar dibandingkan jumlah pinjaman khusus untuk mendanai pembangunan aset dikalikan dengan rata-rata tertimbang suku bunga yang berlaku atas semua pinjaman lainnya
Untuk menghitung rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran, pengeluaran-pengeluaran dalam rangka pembangunan aset dibobot menurut lamanya waktu (pecahan dari satu tahun atau perioda akuntansi) yang menimbulkan terjadinya kos bunga.
Sinopsis kasus 7
Goodwill masuk ke dalam kelompok Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset), goodwill merupakan Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam artian goodwill termasuk yang paling sulit diukur apalagi untuk dihitung.

Perolehan Goodwill

Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabila perusahaan membeli perusahaan lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari kekayaan bersih yang bisa diidentifikasi atas perusahaan yang dibelinya.

Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian (interest) perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi pertukaran diakui sebagai goodwill dan disajikan sebagai aktiva.
 Goodwill yang timbul akibat akuisisi mencerminkan pembayaran yang dilakukan oleh pengakuisisi untuk mengantisipasi manfaat keekonomian yang akan diperoleh di masa mendatang. Manfaat keekonomian tersebut mungkin dihasilkan dari suatu sinergi antar aktiva yang diakuisisi, atau dari aktiva yang tidak memenuhi persyaratan untuk diakui dalam laporan keuangan, namun perusahaan pengakuisisi bersedia membayarnya dalam akuisisi tersebut.


Sinopsis Kasus 8
Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan demikian nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran, wesel tersebut didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu nilai nominal dikurangi diskontonya.
Garansi
Pada saat penjualan, produsen memberikan jaminan atau garansi produk kepada para pembeli produknya. Berdasarkan kontrak penjualan, produsen menjamin akan memperbaiki atau mengganti produk yang dalam jangka waktu tiga tahun sejak tanggal penjualannya menampakkan cacat. Berdasarkan pengalaman masa lalu, terdapat kemungkinan besar bahwa akan terjadi klaim atas jaminan yang diberikan.
Perusahaan harus mengakui kewajiban diestimasi sebesar estimasi terbaik biaya perbaikan dan atau penggantian yang mungkin perlu dikeluarkan dalam rangka menjamin produk yang dijual sebelum tanggal neraca.
Sinopsis Kasus 9
Obligasi
Premi atau diskonto utang obligasi harus diamortisasi selama umur obligasi. Amortisasi premi atau diskonto obligasi ini diperlakukan sebagai beban bunga obligasi dan dilaporkan dalam laporan laba/Rugi. Premi atau diskonto utang obligasi yang belum diamortisasi akan dilaporkan di neraca sebagai penambah atau pengurang nilai pari/nominal/ nilai jatuh tempo obligasi.
Amortisasi premi atau diskonto utang obligasi dihitung dengan menggunakan metode bunga efektif atau dengan menggunakan metode garis lurus. Yang digunakan pada soal adalah metode bunga efektif. Tingkat Bunga Efektif adalah bunga yang sebenarnya diterima oleh pemegang obligasi. Biasanya bunga efektif disebut juga dengan market rate atau effective yield, sementara bunga obligasi sendiri disebut dengan stated rate.
Amortisai premi atau diskonto utang obligasi dihitung dengan formula sebagai berikut :








Beban bunga obligasi
Nilai tercatat obligasi x Bunga efektif
 

Beban bunga obligasi
Nilai nominal obligasi x Bunga yang ditetapkan
 


Amortisasi obligasi
 
 


-                                                                          =

Utang obligasi berseri.
Utang boligasi yang jatuh temponya tidak bersamaan, tiap-tiap seri mempunyai umur yang berbeda.



Sinopsis Kasus 10
Metode incremental : digunakan apabila nilai pasar semua kelompok sekuritas tidak dapat ditentukan. Sehingga nilai pasar sekuritas yang diketahui harganya menjadi dasar untuk alokasi kepada sekuritas yang bersangkutan dan sisanya menjadi alokasi sekuritas yang tidak diketahui.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar.
Sinopsis Kasus 11
Pendekatan yang dilakukan untuk koreksi kesalahan dan perubahan estimasi akuntansi ada dua, yaitu :
Prospective :
Perubahan diimplementasikan dalam periode berjalan, dan dampaknya tercermin dalam laporan keuangan tahun-tahun sekarang dan masa depan saja.
Laporan sebelum perubahan tidak direvisi.
Saldo rekening yang tidak direvisi.
Retrospective
Merevisi sebelum perubahan (yang disajikan untuk tujuan perbandingan) untuk mencerminkan dampak dari perubahan.
Saldo setiap akun yang terkena pengaruhnya direvisi untuk menunjukkan jika metode baru tersebut telah diterapkan sejak lama atau bahwa kesalahan itu tidak pernah terjadi. Mengatur saldo awal laba ditahan untuk periode paling awal yang dilaporkan.

Sinopsis Kasus 12
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan (PSAK 2).
Jenis-jenis Arus kas
Metode Langsung adalah suatu metode penyusunan laporan arus kas dimana dirinci aliran masuk dan aliran keluar dari aktivitas-aktivitas operasi.
Metode Tidak Langsung adalah suatu metode penyusunan laporan arus kas, dimana dibuat rekonsiliasi antara laba yang dilaporkan dengan aliran kas.

Sinopsis Kasus 13
Jenis Leasing dilihat dari Lessee:
a. Capital Lease
Jay M. Smith & K. Fred Skousen ( 19084:545 ) mengemukakan bahwa:
Suatu lease digolongkan sebagai Capital Lease apabila lease tersebut memenuhi satu atau lebih kriteria berikut :
a. Pada saat berakhirnya kontrak lease, hak milik pindah ketangan lessee.
b. Perjanjian lease harus menyebutkan bahwa lessee mempunyai hak untuk membeli objek lease dengan harga yang menguntungkan, yaitu dengan harga yang lebih rendah dari taksiran nilai harganya (expected fair value) pada saat hak membeli tersebut dapat direalisir.
c.   Jangka waktu lease sarna stall lebih besar dari taksiran dari 75 % taksiran umur ekonomis dari aktiva yang bersangkutan (dalam hal lease tersebut dimulai pada saat property sudah berumur sudah dipakai, maka kriteria ini tidak dapat diterapkan).
d. Pada waktu permulaan lease, present value dari pada pembayaran sewa minimum (tidak termasuk executory cost) harus sama atau lebih besar dari 90 % x fair market value).

b. Operating Lease.
Operating lease ini sama sifatnya dengan sewa menyewa biasa. Semua jenis lease yang tidak memenuhi kriteria capital lease digolongkan sebagai operating lease. Di sini lessor lebih berkepentingan dengan perdagangan aktiva dari pada menyediakan dana untuk pembiayaan. la menerima keuntungan dan resiko kepemilikan, sehingga penyewaan ini menarik bagi lessee yang dapat meramalkan awal suatu keusangan. Leasing ini sering jangka waktunya pendek (misalnya dari
enam bulan sampai tiga tahun). Untuk Operating lease dengan syarat tidak dapat dibatalkan (non cancelable operating lease term) dan dimana jangka waktunya lebih dari satu tahun, maka kenyataan ini harus didisclose dalam laporan keuangan.

Jenis Lease dilihat dari Lessor
a. Sales Type Lease.
1) Kolektibilitas pembayaran lease minimum dapat ditaksir secara wajar.
2) Tidak terdapat ketidak-pastian (uncertainties) yang besar yang mempengaruhi jumlah unreisbursable cost yang harus dibayar oleh lessor sehubungan dengan lease yang bersangkutan.
Suatu lease digolongkan sebagai Sales Type Lease bila kriteria yang telah dikemukakan di atas dapat dipenuhi dan transaksi lease diatur sedemikian rupa, sehingga lessor (umumnya pabrikan dealer) mengakui keuntungan atau kerugian atas transaksi lease tersebut. Untuk keperluan ini, nilai wajar (fair value) aktiva leasing harus berbeda nilai bukunya dengan carrying valuenya. Makna ekonomis transaksi ini adalah penjualan. Hal seperti ini misalnya terjadi pada dealer mobil yang menyewa-gunakan mobil kepada para langganannya yang sesungguhnya merupakan penjualan.

b. Direct Financing Lease.
Direct Financing Lease berbeda dari Sales Type Lease karena lease dalam transaksi ini tidak merealisasikan suatu keuntungan atau kerugian. Dalam Direct Financing lease, nilai wajar barang yang disewa-gunakan permulaan lease adalah sewa dengan harga perolehannya atau nilai bukunya. Jenis transaksi lease ini lebih banyak melibatkan perusahaan dalam kegiatan pembelanjaan. Lessor, biasanya suatu bank atau lembaga keuangan lainnya membeli aktiva dan kemudian menyewagunakan aktiva tersebut kepada lessee. Transaksi pemberian pinjaman yang konvensional dimana peminjam mempergunakan dana yang dipinjamkannya untuk membeli aktiva.

1 komentar:

  1. BERLAKU UNTUK KREDIT ANDA

    Apakah Anda seorang pengusaha atau wanita? Apakah Anda stres keuangan? Anda perlu uang untuk memulai bisnis Anda sendiri? Apakah Anda memiliki pendapatan rendah dan sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank lokal dan lembaga keuangan lainnya? Jawabannya ada di sini, MichelleN Haward Kantor Pinjaman adalah jawaban untuk menawarkan semua jenis pinjaman kepada masyarakat atau siapa pun di Nees bantuan keuangan. Kami memberikan pinjaman sebesar 2% suku bunga untuk individu, perusahaan dan perusahaan di bawah kondisi yang jelas dan mudah. hubungi kami hari ini via e-mail di michellenhawardloans@gmail.com

    Catatan: Semua pemohon harus di atas 18 tahun

    BalasHapus